Regulator AS Hapus Sisa Denda Maskapai Southwest Airlines, Nilainya Segini

1 day ago 11

Liputan6.com, Jakarta - Departemen Perhubungan Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan menghapus sisa denda sebesar USD 11 juta atau Rp 183,11 miliar (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah 16.646) yang harus dibayarkan maskapai Southwest Airlines. Hal ini bagian dari rekor denda sebesar USD 140 juta atau Rp 2,33 triliun atas kegagalan operasional perjalanan liburan pada 2022.

"Sebagai pengganti pembayaran denda perdana USD 11 juta kepada pemerintah, perintah ini memberikan Southwest kredit sebesar USD 11 juta atas peningkatan kinerja ketepatan waktu dan faktor penyelesaiannya secara signifikan melalui investasi sebesar USD 112,4 juta dalam Network Operations Control (NOC),” demikian pernyataan Departemen Perhubungan AS dikutip dari laman abcnews.go.com, Minggu (7/12/2025).

Departemen Perhubungan AS mengatakan penghapusan denda tersebut akan mendorong maskapai untuk berinvestasi guna meningkatkan operasi dan ketahanan yang secara langsung menguntungkan pelanggan.

"Struktur kredit ini memungkinkan manfaat investasi maskapai penerbangan untuk dirasakan oleh publik, alih-alih mengakibatkan denda moneter dari pemerintah,” Departemen Perhubungan AS menambahkan.

Pemerintahan Biden mengenakan denda perdata sebesar USD 140 juta kepada maskapai tersebut pada 2023, denda terbesar yang dijatuhkan kepada sebuah maskapai penerbangan dalam sejarah.

Sebagian besar denda mengharuskan Southwest untuk meningkatkan teknologi dan prosedurnya guna meningkatkan keandalan dan memberikan kompensasi kepada penumpang atas pembatalan atau penundaan signifikan yang disebabkan oleh maskapai pada masa mendatang.

Berdasarkan denda tersebut, Southwest juga diharuskan membayar USD 35 juta atau Rp 582,61 miliar kepada Departemen Keuangan AS dalam tiga angsuran. Dua angsuran sebesar USD 12 juta atau Rp 199,75 miliar dan satu angsuran sebesar USD 11 juta atau Rp 183,10 miliar. Angsuran terakhir sebesar USD 11 juta, yang jatuh tempo pada 31 Januari, kini telah dihapuskan.

Tarif Bagasi Penerbangan Mahal, Warga AS dan Kanada Mencak-mencak

Sebelumnya, Air Canada dan Southwest sebagai maskapai penerbangan terbaru yang mengenakan biaya kepada penumpang untuk bagasi terdaftar, biaya tambahan yang membengkak terkait bagasi penumpang penerbangan menimbulkan keluhan antara kalangan politisi dan kelompok konsumen di sejumlah negara, salah satunya Amerika Serikat dan Kanada.

Pada saat yang sama, penjualan koper ukuran kabin sedang marak.

Melansir BBC, Kamis (5/6/2025) seorang warga asal Toronto, Kanada, Lauren Alexander membagikan keluh kesahnya saat menumpangi penerbangan dari Boston, AS saat berlibur di akhir pekan.

"Rasanya seperti tipuan. Anda membeli tiket, Anda pikir harganya akan lebih murah, lalu Anda harus membayar tambahan USD 200 (untuk membawa koper),” ungkapnya.

Untuk menghindari biaya tersebut, Lauren memilih untuk bepergian dengan ransel kecil atau tas tangan.

Warga lainnya, yakni Sage Riley (27 tahun) juga mengeluhkan mahalnya biaya bagasi penerbangan.

"Biayanya bisa mahal,” katanya.

“Ada saatnya ketika tas terdaftar, pemilihan tempat duduk, dan makanan Anda semuanya menjadi standar pada penerbangan komersial. Namun, semua itu berubah dengan munculnya maskapai penerbangan murah,” kata Jay Sorensen dari konsultan penerbangan AS IdeaWorks.

FlyBe Jadi Pioner

Berawal pada 2006 silam, maskapai penerbangan berbiaya rendah asal Inggris, FlyBe menjadi maskapai pertama di dunia yang mulai mengenakan biaya terhadap bagasi penumpang.

Saat itu, maskapai ini mengenakan biaya 2 Poundsterling untuk barang bawaan yang dipesan sebelumnya, dan 4 Poundsterling jika pelanggan belum membayar di muka.

Maskapai penerbangan murah lainnya kemudian segera mengikuti, dengan maskapai penerbangan yang disebut flag carrier atau maskapai penerbangan mapan juga melakukannya, setidaknya pada penerbangan yang lebih pendek.

Kemudian pada tahun 2008, American Airlines menjadi maskapai penerbangan pertamadi AS yang mengenakan biaya sebesar USD 15 untuk bagasi penumpang terdaftar pada rute domestiknya.

Jay Sorenson mengatakan maskapai penerbangan tradisional tersebut merasa tidak punya pilihan ketika mereka mulai menyadari bahwa maskapai penerbangan murah memberikan persaingan yang sangat signifikan.

“Mereka merasa harus melakukan sesuatu untuk memenuhinya,” katanya.

Kini, maskapai penerbangan AS sendiri menghasilkan USD 7,27 miliar (Rp118,4 triliun) dari biaya bagasi terdaftar tahun lalu, menurut data federal.

Jumlah tersebut naik dari USD 7 miliar pada 2023, dan USD 5,76 miliar (Rp93,8 triliun) pada 2019.

Read Entire Article
Bisnis | Football |