Zulhas Respons Video Viral Panggul Beras di Sumatera, Ngaku Sudah Terbiasa Sejak Kecil

13 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan angkat bicara soal video dirinya yang ramai diperbincangkan di media sosial saat memanggul karung beras ketika meninjau korban banjir Sumatera.

Ia menegaskan, aksi tersebut bukan dibuat-buat, melainkan refleksi dari kebiasaan hidup yang sudah ia jalani sejak kecil.

Pria yang akrab disapa Zulhas itu menuturkan bahwa nilai berbagi telah ditanamkan kuat oleh ibunya sejak dini. Dalam sambutannya, ia mengenang pesan mendiang sang ibu yang selalu mewajibkannya memberi bantuan kepada sesama setiap hari.

"Jadi, saya diperintah Ibu saya almarhum, tiap hari itu harus memberikan bantuan," kata Zulkifli Hasan dalam acara Arah Bisnis 2026: Menuju Kedaulatan Ekonomi, di Jakarta, Senin (8/12/2025). 

Menurut Zulhas, ajaran tersebut membentuk prinsip hidupnya hingga kini. Ia meyakini bahwa ukuran kebermanfaatan seseorang bukan dilihat dari jabatannya, melainkan dari kesediaannya membantu orang lain, baik saat berada dalam kondisi lapang maupun ketika menghadapi kesulitan.

Bagi-Bagi Jadi Rutinitas Saat Kunjungan Daerah

Lebih lanjut Zulhas mengungkapkan, aktivitas berbagi bukan hal baru baginya. Ia mengaku sudah terbiasa melakukan hal itu sejak masih berusia enam tahun, jauh sebelum terjun ke dunia politik dan pemerintahan.

Kebiasaan tersebut berlanjut sampai sekarang, terutama ketika ia melakukan kunjungan kerja ke daerah. Zulhas menyebut dirinya hampir selalu membawa beras kemasan 5 kilogram untuk dibagikan kepada warga yang ditemui di lapangan.

"Setiap saya ke daerah, tanya saja teman-teman saya, saya bagi-bagi beras. Biasa itu saya gotong beras, bisa 500, bisa 1000. 5 kilo," kata dia.

Selain beras, ia juga memastikan selalu membawa uang tunai di dalam tasnya, yang hampir pasti habis dibagikan setiap selesai kegiatan.

"Dulu saya dihujat karena saya mau memberi uang. (Sampai viral) masuk sampai di Najwa Shiha,” ujarnya.

Tanggapi Hujatan dengan Santai

Adapun terkait hujatan yang kembali muncul akibat video viral tersebut, Zulhas mengaku tidak ambil pusing. Ia menyadari, ini bukan kali pertama aksinya berbagi menuai komentar negatif, bahkan pernah menjadi bahan perbincangan luas di ruang publik.

Ia bercerita, ejekan terhadap dirinya justru kerap ia jadikan candaan. Zulhas menuturkan pengalamannya ketika disapa dua ibu-ibu saat sedang berolahraga, yang menyinggung soal dirinya tak sedang memanggul karung beras. Ia pun menanggapi dengan humor, mengatakan bahwa dirinya sedang mengumpulkan tenaga karena kelelahan menggotong beras.

“Saya bilang saya lagi olahraga karena kecapean gotong beras. Ketawa semua. Mau ngatain saya enggak ada masalah, enggak apa-apa. Saya maafkan, tapi bantulah saudara-saudara kita yang ada di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara,” pungkasnya.

Zulhas: Swasembada Pangan Kunci Kedaulatan, Sepertiga Masalah Indonesia Bisa Teratasi

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan, menegaskan swasembada pangan merupakan kunci kedaulatan. Jika Indonesia mampu swasembada pangan, maka sepertiga permasalahan di tanah air bisa teratasi, salah satunya kemiskinan.

"Swasembada itu kedaulatan tidak ada negara maju tanpa mandiri di bidang pangan enggak mungkin, Swasembada kedaulatan itu kehormatan. Kalau kita berdaulat di bidang pangan maka sepertiga masalah kita bisa kita selesaikan. Karena yang miskin itu ya pertanian, petani. Nomor dua nelayan, nomor tiga peternakan," kata Zulkifli Hasan dalam acara Arah Bisnis 2026: Menuju Kedaulatan Ekonomi, di Jakarta, Senin (8/12/2025).

Menurutnya, tidak ada negara maju di dunia yang menggantungkan kebutuhan pangannya pada impor. Kemandirian pangan menjadi prasyarat utama bagi kekuatan ekonomi dan stabilitas nasional.

Menurutnya, swasembada pangan harus dimaknai sebagai kemampuan bangsa memenuhi kebutuhan pokok rakyat dari produksi dalam negeri. Swasembada itu kedaulatan. Kedaulatan itu kehormatan.

"Kedaulatan ekonomi, Kedaulatan sama Swasembada pangan, Swasembada itu kedaulatan kedaulatan itu kehormatan. Oleh karena itu, kalau kita bisa selesaikan sepertiga sekali lagi masalah masalah kita bisa kita atasi," ujarnya.

Beban Impor dan Tingginya Ongkos Produksi

Persoalan lain yang disorot Zulhas adalah tingginya biaya produksi pangan di dalam negeri. Untuk menghasilkan 1 kilogram beras, ongkos produksi di Indonesia mencapai sekitar Rp 13.000, jauh lebih mahal dibanding Vietnam yang hanya sekitar Rp 4.000 per kilogram. Kondisi ini membuat harga pangan domestik sulit bersaing.

Situasi serupa juga terjadi pada komoditas gula. Indonesia membutuhkan biaya Rp 13.000 hingga Rp 15.000 per kilogram, sementara Thailand hanya sekitar Rp 3.000. Perbedaan ongkos produksi yang sangat lebar ini membuat Indonesia sulit keluar dari jerat impor dan ketergantungan pasokan luar negeri.

"Thailand itu untuk memproduksi 1 kg gula butuh Rp 3000, Kita untuk menghasilkan 1 kg gula itu ongkosnya Rp 13.000 sampai Rp 15.000 jauh sekali enggak mungkin kita akan maju karena jauh sekali sulit oleh karena itu kita ketergantungan," ujarnya/

Read Entire Article
Bisnis | Football |