Liputan6.com, Jakarta Analis Kebijakan Pangan, Syaiful Bahri mengamini adanya potensi kenaikan produksi beras di Indonesia pada tahun ini. Namun, untuk dikatakan sebagai swasembada beras, masih harus menunggu produksi setahun penuh.
Dia mengatakan, kenaikan produksi beras nasional ini jadi tanda pulihnya pertanian Tanah Air setelah defisit pada 2023-2024 lalu. Kondisi diperparah pasca pandemi Covid-19 yang membuat pemerintah harus mengimpor sekitar 4 juta ton.
"Kalau (awal) tahun ini kita bisa produksi beras sampai 3 juta ton, memang itu normalnya segitu. Bahkan, harus diingat ini adalah hasil panen raya musim tanam pertama. Kita belum bisa pastikan nanti hasil panen di musim tanam kedua," ungkap Syaiful, saat dihubungi Liputan6.com, Senin (28/4/2025).
Dia mengatakan, musim panen selanjutnya menjadi penentu aman atau tidaknya stok beras nasional. Jika produksinya bisa stabil, dapat dipastikan cadangannya cukup.
"Karena konsumsi beras nasional itu 2,5 juta ton per bulan. Sementara masih menunggu 4 bulan lagi sampai panen berikutnya," ucapnya.
Syaiful menekankan, proyeksi produksi beras ini tak bisa dikatakan swasembada dalam waktu singkat. Pasalnya, pemerintah harus lebih dahulu menguasai minimal 20-25 persen dari total konsumsi.
"Jadi jangan terburu-buru dulu mengatakan kita sudah swasembada beras. Untuk bisa dikatakan swasembada pemerintah itu harus punya cadangan beras nasional yang langsung berada di tangan pemerintah minimal 20-25 persen dari total konsumsi," terangnya.
Perlu Dilihat Lebih Jauh
Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah mengungkap hal senada. Menurutnya, proyeksi produksi beras di kuartal I-2025 tak bisa menjadi acuan semata. Perlu dilihat kinerja produksi nasional secara satu tahun penuh.
"Baiknya produksi di kuartal ini tidak bisa dilepaskan dengan kondisi iklim yang memadai seperti ketersediaan air, curah hujan dan serangan hama penyakit yang terkendali," kata Said kepada Liputan6.com.
"Musim kedua baru saja akan dimulai tentu ini juga perlu diperhatikan dan dipastikan tidak ada ganggun jika ingin aman," sambungnya.
Bidik Swasembada Pangan, Cek Produksi Beras Indonesia 5 Tahun Terakhir
Sebelumnya, pemerintah menargetkan produksi beras akan melambung pada musim panen sepanjang 2025 ini. Sederet menteri Kabinet Merah Putih (KMP) memandang hal itu jadi tanda menuju swasembada beras.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, misalnya yang melihat ada kemungkinan kenaikan drastis produksi beras dalam negeri. Termasuk perannya pada stok beras nasional.
Senada, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menargetkan produksi beras nasional akan meningkat tinggi. Dia mengacu pada proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat kenaikan produksi beras sekitar 60 persen pada Januari-April 2025.
"Diprediksi produksi (beras) kita 34 lebih juta ton dari target kita 32 (juta ton), moga-moga itu tercapai dan ada keyakinannya di atas (angka itu). Ada keyakinam kami produksi tahun ini di atas daripada ditargetkan pemerintah," kata Amran di Kantor Kementan, Sabtu (26/4/2025).
Data Produksi Beras
Lantas bagaimana produksi beras dalam 5 tahun terakhir? Apakah tren produksinya bisa menjawab target swasembada beras pemerintah? Berikut uraian datanya.
BPS mencatat produksi beras sejak 2020-2024 mengalami fluktuasi yang cukup terasa. Apalagi, ada momentu pandemi covid-19 dan faktor cuaca yang berpengaruh pada produksi pangan di Indonesia.
Pada 2020 lalu, produksi Gabah Kering Giling (GKG) mencapai 54,64 juta ton. Angka tersebut setara dengan 31,33 juta ton beras. Jawa Timur memimpin produksi dengan 5,7 juta ton beras.
Pada 2021, produksi GKG secara nasional sebesar 54,41 juta ton. Angka itu setara dengan 31,35 juta ton beras. Produksi tertinggi ada di Jawa Timur dengan 5,6 juta ton. Jumlah beras nasional tersebut naik tipis dari perolehan 2020.