Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis hari ini. Penguatan rupiah ini dipengaruhi langkah Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate).
Pada Kamis (24/4/2025), nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan di Jakarta menguat sebesar 6 poin atau 0,04 persen menjadi Rp 16.866 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.872 per dolar AS.
Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong menilai, keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI mempertahankan suku bunga menjaga stabilitas nilai tukar (kurs) rupiah.
“Hasil RDG BI pada hari Rabu kemarin yang mempertahankan suku bunga dan tekad BI menjaga stabilitas rupiah mendukung rupiah,” ujarnya dikutip dari Antara.
Berdasarkan RDG BI bulan April 2025, diputuskan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap berada pada level 5,75 persen.
Suku bunga deposit facility tetap berada pada level 5 persen. Begitu pula suku bunga lending facility yang diputuskan untuk tetap berada pada level 6,5 persen.
Keputusan ini dilakukan oleh BI dengan upaya menjaga prakiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen, mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah makin peningkatan ketidakpastian global, serta mendukung pertumbuhan ekonomi.
Kurs rupiah juga diprediksi menguat pascapotensi dialog antara Amerika Serikat (AS) dengan China semakin terbuka.
Optimisme pelaku pasar menguat pasca Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan tarif tinggi antara kedua negara terkait tak akan berkelanjutan.
Seiring dengan itu, Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan keterbukaannya untuk meredakan ketegangan perdagangan antara kedua negara.
Trump mengindikasikan bahwa tarif final untuk ekspor China ke AS tidak akan mencapai 145 persen, namun, bea masuk itu tidak akan turun menjadi 0 persen.
“Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS di tengah membaiknya sentimen di pasar oleh harapan kesepakatan tarif China-AS,” ucap Lukman.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kurs rupiah diperkirakan berkisar Rp 16.750-Rp 16.900 per dolar AS.
Bos BI Bocorkan Rahasia Stabilkan Rupiah yang Sempat Tembus Rp 17.400 per USD
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan berbagai langkah strategis yang telah ditempuh BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan global yang meningkat.
Perry menyebut bahwa nilai tukar rupiah sempat berada dalam kondisi terkendali sebelum libur Ramadan dan Idul Fitri. Namun, dinamika global, khususnya kebijakan resiprokal yang meningkat selama masa liburan, menimbulkan tekanan besar terhadap nilai tukar di pasar luar negeri, khususnya pada instrumen non-delivery forward (NDF).
"Sebelum liburan Ramadan dan Idul Fitri, rupiah itu terkendali dan bagus. Tapi kemudian selama liburan Ramadan terjadi kebijakan resiprokal yang semakin tinggi dan menimbulkan tekanan-tekanan nilai tukar di luar negeri non-delivery forward," kata Perry dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (23/4/2025).
BI pun memutuskan untuk melakukan intervensi secara intensif di pasar NDF luar negeri, mencakup pasar Hong Kong, Eropa, hingga Amerika Serikat, yang dilakukan secara berkesinambungan sepanjang waktu. Hasilnya, tekanan terhadap rupiah yang sempat menyentuh angka Rp 17.400 berhasil diredam dan dikembalikan ke level Rp 16.800.
"Oleh karena itu, kami menyelenggarakan rapat Dewan Gubernur pada 7 April 2025. Kami lakukan rapat Dewan Gubernur secara sah meskipun pada liburan karena kondisi global yang memerlukan itu," jelasnya.
Perry mengatakan, BI juga memastikan akan terus melanjutkan langkah-langkah stabilisasi melalui intervensi NDF, seiring dengan komitmennya menjaga kestabilan nilai tukar di tengah ketidakpastian global yang tinggi.
"Karena itu kami bisa menstabilkan nilai tukar rupiah yang pada waktu itu pernah mencapai Rp 17.300 bahkan Rp 17.400 di pasar Hongkong dan Eropa yang kemudian kami stabilkan. Dan Alhamdulillah puji Tuhan sekarang stabil di Rp 16.800," ujarnya.
Komitmen Stabilisasi dan Investasi
Perry menyampaikan bahwa BI akan terus melanjutkan intervensi di pasar NDF untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Dalam menghadapi ketidakpastian global yang sulit diprediksi, BI menilai langkah ini sebagai bagian dari komitmen menjaga kepercayaan pasar dan keberlanjutan ekonomi nasional.
"Tentu saja kami akan terus melakukan langkah-langkah stabilisasi. Kami terus akan melakukan stabilisasi di pasar NDF. Ini yang kami lakukan untuk komitmen kami menjaga stabilitas nilai tukar dari dampak ketidakpastian dan bahkan sulit diprediksinya kondisi global dari rentetan kebijakan tarif dari jalur keuangan," tegasnya.
Meskipun saat ini fokus utama adalah menjaga stabilitas rupiah, Perry menekankan bahwa terdapat ruang terbuka untuk penurunan suku bunga acuan (BI Rate). Hal ini didukung oleh inflasi domestik yang rendah, termasuk inflasi inti yang berada di kisaran 2,5 persen.
"Kami meyakini inflasi yang rendah termasuk inflasi inti yang 2,5% itu membuka ruang bagi penurunan BI rate lebih lanjut dan juga kami juga berkomitmen tidak hanya menjaga stabilitas tapi juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi," ujarnya.