Virda dan Toko Keluarga yang Tak Ingin Tertinggal Zaman: Sebuah Perjalanan jadi UMKM Digital

1 hour ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Ketika banyak orang beranggapan membangun usaha harus menunggu waktu yang tepat, modal besar, atau latar belakang tertentu, Virda justru membuktikan sebaliknya. Pada usia 23 tahun, sambil bekerja penuh waktu sebagai staf keuangan di Yayasan Darul Hikmah Jepara, ia mampu meneruskan toko kelontong keluarga sekaligus membangunnya menjadi usaha yang lebih modern dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Perjalanannya menunjukkan setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pengusaha: tanpa memandang umur, pendidikan, maupun kesibukan sehari-hari.

Virda tumbuh dalam kultur disiplin Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang, yang membentuk ketangguhan mental dan manajemen waktu yang kini menjadi kekuatan utamanya.

Setelah lulus dari UIN Walisongo Semarang, ia memilih tetap dekat dengan keluarga. Setiap selesai bekerja pukul 1 siang, ia langsung mengelola toko kelontong milik orang tuanya, keputusan yang bagi sebagian orang mungkin terlihat sederhana, namun bagi Virda, inilah langkah pertama membangun masa depan yang ia rancang sendiri.

Baginya, menjadi pengusaha bukan karena punya banyak waktu luang, tetapi tentang keberanian mencoba hal baru dan kepercayaan diri bahwa setiap langkah kecil adalah peluang yang menjanjikan.

Keyakinan itulah yang membawanya bergabung sebagai Mitra Bukalapak, yang membuka pintu bagi toko keluarganya untuk naik kelas: dapat menyediakan layanan pembayaran tagihan, menjual produk digital, hingga melayani transaksi keuangan yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan bisa dilakukan di warung tradisional.

Kini, toko kecil itu berubah menjadi pusat layanan masyarakat. Warga datang bukan hanya untuk membeli kebutuhan pokok, tetapi juga untuk mengurus berbagai layanan digital yang memudahkan kehidupan mereka.

"Sebagai perempuan, saya ingin tetap mandiri dan membantu keluarga. Usaha ini bukan hanya tentang cuan, tapi tentang memberi manfaat,” ujar dia seperti dikutip dari keterangan resmi, Jumat, (19/12/2025).

Perubahan Besar

Keberanian, konsistensi, dan disiplin Virda berbuah manis ketika ia meraih Juara 3 PUJAAN Vol. 4, program pemberdayaan perempuan dari Bukalapak. Hadiah modal usaha Rp 10 juta yang ia terima akan ia gunakan untuk modernisasi toko: mulai dari pencatatan digital, penerapan barcode, hingga penataan stok dan pembukuan yang lebih profesional.

"Dalam perjalanan ini, saya belajar bahwa perubahan besar datang dari langkah kecil yang dilakukan terus-menerus. Pencatatan digital membantu saya menjaga usaha tetap sehat,” ujar dia.

Kisah Virda menegaskan kesempatan menjadi pengusaha bukan hanya milik mereka yang sudah mapan, berusia lebih matang, atau memiliki latar belakang bisnis tertentu.

Peluang itu terbuka bagi siapa saja yang mau berusaha, mau belajar, dan berani percaya pada prosesnya sendiri. Dengan dukungan platform seperti Mitra Bukalapak, usaha kecil pun bisa tumbuh lebih modern, lebih teratur, dan lebih relevan dengan kebutuhan zaman.

Melalui perjalanan ini, Virda membuktikan satu hal: dengan usaha, keyakinan, dan disiplin, setiap orang memiliki peluang menjanjikan untuk membangun karier dan masa depan yang lebih cerah.

Komisaris Bukalapak Yenny Wahid: Perempuan Pegang Peran Penting untuk Perkuat Ekonomi Indonesia

Sebelumnya, Komisaris Independen dan ESG Ambassador Bukalapak, Yenny Wahid, menegaskan perempuan memegang peranan penting dalam menggerakkan roda ekonomi Indonesia. 

Dalam pandangannya, kekuatan ekonomi nasional tidak hanya bertumpu pada belanja pemerintah atau investasi, tetapi juga pada konsumsi masyarakat di mana perempuan berperan besar sebagai penggeraknya.

"Ibu-ibu sekalian yang saya banggakan. Ibu-ibunya mungkin enggak tahu, tapi ibu-ibu adalah penggerak ekonomi Indonesia,” ujar Yenny saat memberikan sambutan dalam acara Penganugerahan Pemenang Perempuan Jagoan Pencari Cuan (PUJAAN) vol. 4 yang digelar Bukalapak, Selasa (21/10/2025).

Ia menjelaskan, ekonomi Indonesia bertumpu pada tiga pilar utama, yaitu belanja pemerintah, investasi, dan konsumsi masyarakat. Dari ketiganya, konsumsi masyarakat menjadi pilar besar yang menggerakkan ekonomi karena didukung oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Penciptaan Lapangan Kerja

Yenny menuturkan, hampir 97% penciptaan lapangan kerja di Indonesia berasal dari sektor UMKM, dan dari jumlah tersebut, sekitar 65% digerakkan oleh perempuan.

"Padahal mungkin kerjaannya ada yang cuma goreng pisang dijual, ada yang cari jilbab di tanah abang dijual lagi, tapi itu dampaknya besar sekali,” ujarnya.

Yenny menilai, meski banyak perempuan menjalankan usaha kecil di tingkat rumah tangga, dampaknya meluas ke perekonomian nasional karena sektor ini mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Ia juga menekankan perempuan pelaku UMKM tidak hanya berkontribusi pada ekonomi keluarga, tetapi juga memperkuat daya tahan ekonomi nasional di tengah tantangan global.

Yenny menyebut digitalisasi turut membuka peluang baru bagi perempuan untuk memperluas pasar dan meningkatkan pendapatan. Jika sebelumnya mereka hanya berjualan di lingkungan sekitar, kini berkat teknologi digital, produk-produk UMKM perempuan bisa menjangkau pembeli di seluruh Indonesia.

Dengan semangat tersebut, Yenny mengajak seluruh perempuan untuk terus berinovasi dan memanfaatkan teknologi agar peran mereka dalam perekonomian semakin kuat dan berkelanjutan.

Read Entire Article
Bisnis | Football |