Kurs Dolar Melemah, Rupiah Menguat Didukung Harapan Pemangkasan Bunga The Fed

3 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan Jumat (19/12/2025), di Jakarta, seiring sentimen positif dari data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah dari perkiraan pasar. Rupiah tercatat menguat terhadap kurs dolar sebesar 13 poin atau 0,08 persen ke level Rp 16.710 dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 16.723 per dolar AS.

Penguatan rupiah terjadi di tengah pelemahan kurs dolar AS secara global, setelah pelaku pasar merespons rilis data inflasi AS yang menunjukkan tekanan harga mulai mereda. Kondisi ini kembali memunculkan ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed).

Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menilai pergerakan rupiah hari ini masih akan dipengaruhi oleh sentimen global tersebut.

“Rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan menguat di kisaran Rp16.680–Rp16.730 dipengaruhi oleh sentimen global data inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan,” ucapnya dikutip dari Antara.

Data inflasi AS yang melandai dinilai memberikan ruang bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, untuk bergerak lebih stabil terhadap dolar AS.

Inflasi AS Turun, Harapan Pemangkasan Bunga The Fed Menguat

Consumer Price Index (CPI) tahunan AS tercatat sebesar 2,7 persen pada November 2025, lebih rendah dari proyeksi pasar yang berada di level 3,1 persen. Angka tersebut juga turun dibandingkan inflasi tahunan pada September 2025 yang mencapai 3 persen.

Sementara itu, inflasi bulanan AS tercatat 0,2 persen pada November, melambat dari 0,3 persen pada September. Data inflasi Oktober tidak dirilis akibat penutupan sementara pemerintahan federal AS.

Menurut Rully, pelemahan inflasi ini kembali memperkuat keyakinan pasar bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada awal 2026.

“Angka tersebut belum sepenuhnya meyakinkan The Fed karena ada jeda penarikan data oleh pemerintah AS akibat shutdown. Jadi, The Fed butuh data inflasi Desember, namun pelaku pasar sudah yakin The Fed akan menurunkan bunga tiga kali tahun depan, termasuk penurunan di awal tahun,” ungkapnya.

Sentimen Domestik, BI Tahan Suku Bunga dan Dampaknya ke Rupiah

Dari dalam negeri, sentimen terhadap rupiah turut dipengaruhi oleh keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuannya di level 4,75 persen. Kebijakan tersebut dinilai menambah kekhawatiran pasar terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Rully menjelaskan, di satu sisi, suku bunga yang lebih rendah dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain, BI juga memiliki kepentingan besar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap kurs dolar AS.

“Mengacu pada target pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebaiknya suku bunga diupayakan serendah mungkin. Namun, ada kepentingan BI menjaga stabilitas rupiah,” ujar Rully.

Ke depan, pergerakan rupiah masih akan sangat bergantung pada kombinasi sentimen global, terutama arah kebijakan The Fed, serta respons kebijakan moneter Bank Indonesia dalam menjaga keseimbangan antara stabilitas nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi.

Read Entire Article
Bisnis | Football |