LNG Tangguh Pasok Kebutuhan Gas Industri dan Listrik

20 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) memenuhi kebutuhan gas untuk sektor industri dan kelistrikan dengan menerima tambahan Liquefied Natural Gas (LNG) sebesar 130.000 m³ dari Lapangan Tangguh. Hal ini juag menjadi upaya untuk memperkuat ketahanan pasokan gas nasional. 

Corporate Secretary PGN, Fajriyah Usman mengatakan tantangan pasokan energi saat ini mendorong PGN untuk memanfaatkan hasil produksi gas LNG dalam negeri, melalui integrasi infrastruktur hulu dan hilir menjadi solusi yang fleksibel dan efisien, seiring dengan tren pertumbuhan kebutuhan gas bumi pelanggan.

Di tengah kondisi keterbatasan pasokan gas akibat penurunan produksi dari beberapa lapangan hulu di wilayah Jawa dan Sumatera, pemanfaatan LNG menjadi pilihan strategis yang adaptif

“PGN terus mendorong kolaborasi dengan berbagai pihak untuk keberlanjutan pasokan gas bumi bagi seluruh sektor pelanggan. Di tengah transisi energi, kami berkomitmen mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus berkontribusi terhadap target Net Zero Emissions (NZE),” kata Fajriyah, Rabu (7/5/2025).

Menurut Fajriyah, kargo LNG dari Tangguh tersebut diregasifikasi melalui Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Lampung. Proses bongkar muat LNG secara ship-to-ship (STS) dari Terminal LNG Tangguh Papua ke FSRU Lampung pada 25 - 27 April 2025.

“Atas kerja sama dengan berbagai pihak, ketahanan pasokan dapat berjalan berkelanjutan. FSRU Lampung sebagai salah satu infrastruktur midstream, menjadi kekuatan penting PGN dalam menjaga keandalan layanan pemenuhan kebutuhan energi, khususnya untuk menjangkau sektor industri dan kelistrikan,” tuturnya.

Sejak awal tahun, FSRU Lampung telah menerima delapan kargo LNG atau setara dengan 742.000 m³, menjadikannya penghubung vital pasokan energi non-pipa ke pelanggan di wilayah Sumatera dan Jawa. Selain itu, fasilitas LNG Arun juga menerima satu kargo untuk mendukung pasokan di Sumatera Utara.

Indonesia Mau Tambah Impor Migas dari AS, Kecuali LNG

Pemerintah Indonesia berencana menambah impor sejumlah komoditas minyak dan gas bumi (migas) dari Amerika Serikat dalam negosiasi tarif. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan tak akan mengimpor gas alam cair (LNG) dari AS.

Diketahui, negosiasi soal tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump masih terus berjalan. Di sektor ESDM, Bahlil membuka peluang ada impor minyak mentah, LPG, hingga BBM dari Negeri Paman Sam.

"Yang kami susun adalah terkait dengan urusan defisit neraca perdagangan kita, yang kaitannya dengan itu Indonesia harus mengimpor beberapa komoditas seperti LPG, BBM, dan crude (minyak mentah), dan itu nilainya kurang lebih sekitar 10 miliar USD," kata Bahlil, ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (28/4/2025).

Dalam hitungan pemerintah Indonesia, AS defisit neraca perdagangan sebesar USD 14,6 miliar. Namun, pemerintah AS mengklaim defisitnya sebesar 17,9 miliar. 

Selain itu, Bahlil bilang Indonesia juga akan mengimpor beberapa barang modal asal AS. Terutama bahan kebutuhan pembangunan fasilitas pemurnian atau pengolahan minyak mentah.

"Selain itu yang juga kita lakukan adalah pembelian terhadap beberapa barang modal yang ada dari Amerika Serikat untuk melakukan pembangunan refinery, bagian daripada hilirisasi ke depan Itu kurang lebih sekitar 8-10 miliar USD," tuturnya.

Tak Akan Impor LNG

Sementara itu, Bahlil memastikan tidak akan mengimpor LNG pada tahun ini. Menurutnya, kebutuhan nasional masih bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri.

"Sampai dengan hari ini kami menganggap bahwa kebutuhan masih tercukupi dari dalam negeri, sampai dengan sekarang ya," katanya.

"Dan memang kemarin dari pembicaraan saya sama Bapak Presiden enggak ada (rencana impor) LNG," imbuh Ketua Satuan Tugas Hilirisasi dan Ketahanan Energi.

Read Entire Article
Bisnis | Football |