Kurs Dolar Menguat, Rupiah Diprediksi Melemah Jelang Keputusan FOMC

Liputan6.com, Jakarta - Kurs dolar Amerika Serikat (AS) perkasa. Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Senin (8/12/2025), pagi. Rupiah dibuka turun 37,50 poin atau 0,23 persen ke posisi Rp 16.685 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp 16.648 per dolar AS.

Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyebut rupiah berpotensi bergerak konsolidasi dengan kecenderungan melemah sepanjang hari.

“Rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi terhadap dolar AS dengan potensi melemah,” ujar Lukman dikuirp daeri Antara. 

Ia menjelaskan bahwa penguatan kurs dolar dipengaruhi survei terbaru yang menunjukkan sentimen konsumen AS lebih kuat dari perkiraan.

The Conference Board mencatat indeks kepercayaan konsumen AS turun ke level 88,7 pada November 2025 dari 95,5 pada Oktober 2025, namun pasar menilai penurunan itu masih dalam rentang stabil.

Sementara itu, pelaku pasar global memilih menunggu keputusan penting dari pertemuan FOMC yang digelar pada 9–10 Desember 2025. Hasil rapat tersebut dinilai menjadi penentu arah kebijakan suku bunga acuan The Fed ke depan dan berpotensi memengaruhi pergerakan kurs dolar serta rupiah.

Fokus pasar minggu ini juga tertuju pada agenda ekonomi domestik. Sejumlah data makro diprediksi memberi pengaruh terhadap sentimen rupiah, termasuk rilis penjualan sepeda motor November 2025, data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) November, serta laporan penjualan ritel Oktober 2025 yang dijadwalkan keluar pada Rabu.

Lukman menilai kombinasi faktor eksternal dan internal tersebut membuat rupiah masih berada pada tren pelemahan terbatas. Ia memproyeksikan rupiah bergerak di rentang Rp16.600–Rp16.700 per dolar AS sepanjang perdagangan hari ini.

Di sisi lain, kurs acuan Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) juga mencatat nilai berada di level Rp16.655 per dolar AS, mengonfirmasi tekanan penguatan kurs dolar terhadap mata uang domestik.

Menjelang keputusan FOMC, pelaku pasar global cenderung berhati-hati mengantisipasi arah kebijakan moneter The Fed. Pasar masih memperkirakan tidak ada kenaikan suku bunga baru, namun pernyataan pejabat The Fed akan menjadi kunci untuk membaca arah kebijakan selanjutnya.

Ekspektasi terhadap sikap kebijakan The Fed tersebut biasanya berdampak langsung pada kurs dolar dan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Jika kurs dolar kembali menguat, tekanan terhadap rupiah berpotensi berlanjut, terutama dalam jangka pendek.

Untuk saat ini, pasar menilai rupiah masih berada dalam fase konsolidasi dan rentan terhadap sentimen eksternal. Meski demikian, rilis sejumlah data domestik dapat memberikan dukungan tambahan apabila menunjukkan perbaikan ekonomi. Pelaku pasar pun terus mencermati dinamika global sebelum melakukan aksi lebih agresif di pasar valuta asing.