Krisis Juventus Bukan cuma Salah Pelatih: Tudor Sudah Melakukan yang Terbaik

Liputan6.com, Jakarta Juventus tengah bersiap memulai babak baru di bawah pelatih ketiga mereka dalam setahun terakhir. Setelah hasil buruk yang membuat Igor Tudor didepak dari jabatannya, manajemen Bianconeri kini bertekad tidak mengulangi kesalahan serupa saat menentukan pelatih berikutnya. Situasi ini menambah panjang daftar kegelisahan di Turin.

Sejak 2021, Juventus kesulitan menemukan kembali identitas mereka sebagai kekuatan dominan di sepak bola Italia. Pergantian pelatih yang terlalu sering membuat tim kehilangan stabilitas dan arah permainan yang konsisten. Alhasil, performa di lapangan kerap naik turun, dan ruang ganti seolah tak pernah benar-benar tenang.

Kini, tekanan besar berada di pundak para petinggi klub. Mereka harus memastikan pelatih baru tak sekadar membawa hasil, tetapi juga mampu membangun keseimbangan di skuad yang mulai kehilangan harmoni. Dukungan suporter tetap ada, tetapi kesabaran mereka sudah semakin menipis.

Periode kepemimpinan Igor Tudor sebenarnya sempat menumbuhkan harapan baru. Musim lalu, ia sukses membawa Juventus finis di posisi empat besar setelah mengambil alih tim dari Thiago Motta pada Maret. Banyak yang percaya itu menjadi awal kebangkitan Bianconeri. Sayangnya, musim berikutnya justru memperlihatkan sisi lain dari tim ini.

Meski dibekali pemain berkualitas, Juventus gagal menunjukkan permainan yang mengalir. Serangan sering tersendat, kreativitas di lini tengah tak berjalan semestinya, dan koordinasi antar lini kerap terputus. Hasil pun menurun hingga akhirnya manajemen kehilangan kesabaran dan memutuskan untuk mengakhiri kerja sama lebih cepat dari yang direncanakan.

Menurut pengamat sepak bola Domenico Marocchino, masalah Juventus tidak hanya terletak pada kursi pelatih. Ia menilai, akar persoalan justru berada di komposisi skuad yang tidak seimbang. Meski berisi pemain berbakat, banyak di antara mereka yang sulit bermain selaras satu sama lain.

“Itu terlihat, tapi dia sudah melakukan yang terbaik. Pemilihan pemain adalah komponen paling penting. Anda bisa punya pemain hebat, tetapi jika mereka tidak saling melengkapi, tim tidak akan bekerja,” ujar Marocchino kepada Tuttomercatoweb.

Pernyataan tersebut menegaskan dilema terbesar Juventus saat ini: tim dengan individu luar biasa, tetapi minim koneksi kolektif. Tantangan bagi pelatih berikutnya bukan hanya meramu strategi yang efektif, tetapi juga menata ulang keseimbangan di dalam skuad agar setiap pemain mampu berperan sesuai potensi terbaiknya. Jika hal itu gagal dilakukan, Juventus akan kembali terjebak dalam lingkaran yang sama—banyak nama besar, sedikit hasil besar.

Sumber: Tuttomercatoweb, juvefc.com