Bukan Sekadar 3-4-3: Ini Cara Amorim Ubah Gaya Main Manchester United Musim Ini

1 month ago 16

Liputan6.com, Jakarta Hampir seperempat musim Premier League berjalan, Manchester United berada di posisi keenam klasemen, hanya terpaut satu poin dari empat besar. Catatan ini lebih baik dari perkiraan banyak pihak, terutama setelah kekalahan memalukan di markas Brentford sebulan lalu.

Kini, setelah tiga kemenangan beruntun, tekanan terhadap Ruben Amorim mulai reda. Formasi 3-4-3 yang dulu sering jadi sasaran kritik justru kini menjadi fondasi kebangkitan Setan Merah.

“Ketika kami menang, orang bilang bukan karena sistem. Ketika kami kalah, mereka menyalahkan sistem,” ujar Amorim beberapa waktu lalu.

Meski tetap setia dengan pakem 3-4-3, pelatih asal Portugal itu melakukan banyak penyesuaian halus di dalamnya. United kini bermain lebih cepat, lebih langsung, dan lebih efisien di kedua ujung lapangan.

Data yang dianalisis The Athletic memperlihatkan pergeseran mencolok dalam gaya main United musim ini. Dari kiper hingga penyerang, setiap elemen permainan menunjukkan perubahan yang dirancang dengan cermat oleh Amorim.

Promosi 1

Tendangan Panjang Lammens dan Pergeseran Filosofi di Bawah Mistar

Perubahan paling jelas terlihat dari peran kiper. Sejak Senne Lammens melakukan debut melawan Sunderland, Manchester United lebih sering melancarkan tendangan panjang dari belakang.

Dalam laga itu, Lammens mencatat 37 umpan jauh, dan meningkat jadi 45 saat menghadapi Liverpool, hanya dua kali lebih sedikit dari total umpan jauh seluruh pemain The Reds.

Rata-rata 23,2 tendangan panjang per 90 menit kini menempatkan United sebagai tim dengan frekuensi umpan jauh terbanyak di Premier League, naik 76 persen dibanding musim lalu.

Bahkan sebelumnya, Altay Bayindir pun sudah menunjukkan tren serupa dengan rasio 47 persen umpan panjang saat tampil.

Perubahan ini bukan tanpa alasan. Amorim sejak musim lalu sudah meminta kiper untuk mengambil keputusan langsung bila tekanan lawan terlalu tinggi.

Namun kini, filosofi itu jadi pola utama. Proporsi umpan pendek dan panjang United kini seimbang, berbeda dari musim sebelumnya yang sangat bergantung pada build-up dari belakang.

Selain itu, kemampuan Lammens dalam menghalau bola udara memberi nilai tambah besar. Persentase penyelamatan terhadap umpan silang meningkat drastis, dan hal ini membuat kehadiran kiper asal Belgia itu semakin disukai publik Old Trafford.

Serangan Lebih Cepat, Permainan Lebih Langsung

Perubahan di bawah mistar turut memengaruhi seluruh struktur permainan. United kini jauh lebih cepat dan langsung dalam menyerang, mengikuti tren Premier League yang makin menekankan transisi cepat.

Musim lalu, United dikenal sebagai tim dengan tempo serangan paling lambat kelima di liga. Kini, mereka menembus delapan besar dalam kecepatan membangun serangan. Jumlah umpan per penguasaan bola menurun signifikan, begitu juga dengan frekuensi serangan panjang dan umpan diagonal yang meningkat.

Salah satu faktor penting adalah kehadiran Benjamin Sesko di lini depan. Meski posturnya 195 cm memunculkan asumsi bahwa United akan banyak mengandalkan umpan silang, faktanya volume crossing mereka justru tidak meningkat. Namun kualitasnya melonjak: 3,1 umpan silang sukses ke kotak penalti per laga, naik 62 persen dari musim lalu.

Selain itu, Amorim juga memanfaatkan kecepatan Bryan Mbeumo di sisi kanan untuk memecah pertahanan lawan. United kini tercatat sebagai tim dengan jumlah switch of play terbanyak di liga, menandakan pola serangan mereka semakin bervariasi dan sulit diprediksi.

Minim Risiko di Area Pertahanan

Salah satu kelemahan utama United musim lalu adalah kerap kehilangan bola di wilayah sendiri. Data menunjukkan mereka kehilangan penguasaan bola rata-rata 5,4 kali per laga di area bertahan, terburuk ketiga di liga. Musim ini, angka itu turun drastis menjadi hanya 2,4 kali, terbaik kedua setelah Arsenal.

Rasio sentuhan di area pertahanan pun anjlok. Hanya 30 persen dari total sentuhan bola United terjadi di sepertiga lapangan sendiri, terendah dalam tiga musim terakhir. Artinya, United kini lebih sering menguasai bola di area lawan, meminimalkan risiko dan tekanan di belakang.

Konsistensi dalam mengandalkan umpan jauh membuat mereka tidak lagi bergantung pada build-up rumit yang rawan kesalahan.

Penguasaan bola memang sedikit menurun, kini hanya sekitar 50 persen dari total permainan, tapi hasilnya lebih efisien. United menguasai bola lebih sedikit, namun di area yang lebih berbahaya bagi lawan.

Keputusan Amorim untuk bermain lebih direct terbukti menjadi solusi terhadap masalah besar yang mereka alami musim lalu: kehilangan bola terlalu dekat dengan gawang sendiri.

Identitas Baru United: Masih 3-4-3, tapi Lebih Efektif

Ruben Amorim menolak meninggalkan formasi 3-4-3 yang sudah menjadi ciri khasnya. Namun, di balik angka itu, Manchester United kini tampil dengan wajah yang sama sekali berbeda. Mereka lebih cepat, lebih agresif, dan lebih pragmatis.

Pendekatan ini bukan sekadar reaksi terhadap tren Premier League yang makin intens, tetapi juga adaptasi terhadap karakter skuad yang dimilikinya. Dari Lammens di bawah mistar hingga Mbeumo di sayap, semua bagian tim kini berfungsi untuk mendukung permainan yang lebih vertikal dan langsung.

Dalam sembilan laga pertama musim ini, hasilnya sudah terasa: United lebih solid, lebih efisien, dan tidak lagi mudah dihukum karena kesalahan sendiri. Amorim tidak mengubah sistemnya, ia hanya membuatnya lebih tajam.

Read Entire Article
Bisnis | Football |