BioAvtur Pertamina, Inovasi Energi Bersih untuk Udara Sehat dan Masa Depan Lebih Baik

13 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah tuntutan efisiensi energi dan tantangan perubahan iklim global, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap hadir sebagai pionir dengan sebuah terobosan besar melalui Green Refinery pertama di Indonesia yang memproduksi bioavtur atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) dari bahan baku berbasis minyak sawit dan minyak jelantah.

Hadirnya inovasi energi baru terbarukan ini untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar aviasi atau avtur yang merupakan salah satu konsumsi energi terbesar di sektor transportasi nasional.

Menurut data Kementerian Perhubungan, lebih dari 750 ribu penerbangan domestik dan internasional tercatat setiap tahunnya di Indonesia, itu berarti lebih dari 2.000 penerbangan per hari.

General Manager Kilang Cilacap, Wahyu Sulistyo Wibowo menyampaikan dunia kini mengenal dua jenis bahan bakar utama untuk penerbangan: avtur fosil dan bioavtur. Oleh karena itu, Pertamina memiliki strategi ganda yang disebut "Dual Growth Strategy".

"Pertama, memanfaatkan dan mengoptimalkan kilang yang ada dengan mengolah minyak fosil. Kedua, kita juga siap menyongsong tantangan kedepan yaitu mengolah minyak nabati sebagai bentuk kesiapan kita menyiapkan produk energi baru terbarukan yang telah kita ujicobakan berhasil. Kita pernah produksi SAF, ini bahan bakar untuk pesawat, telah diuji coba berhasil dengan menggunakan minyak nabati di-combain dicampur feedstock dengan kerosin," kata Wahyu Sulistyo dalam sebuah wawancara dengan Liputan6.com.

Momen bersejarah itu tercipta pada 27 Oktober 2023, ketika pesawat komersial Garuda Indonesia berhasil terbang dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Adi Soemarmo, Solo, dengan campuran bahan bakar bioavtur hasil produksi Kilang Cilacap. Bioavtur ini merupakan hasil riset panjang dari tim Pertamina menggunakan minyak inti sawit (PKO) sebagai bahan baku utama.

"Bahan bakar dari minyak nabati kini bisa digunakan secara aman. Ini menjadi keberhasilan secara psikologis untuk menghindari dan menghilangkan kekhawatiran masyarakat luas terkait keamanan dan keselamatan penerbangan dengan menggunakan minyak nabati sebagai komponen fuel pesawat terbang," tambah Wahyu.

Green Refinery di Cilacap bukan hanya simbol komitmen Pertamina terhadap energi bersih, tapi juga menjadi bagian penting dari roadmap nasional menuju Net Zero Emission 2060. Kilang ini memiliki kapasitas produksi hingga 6.000 barel biofuel per hari, dengan proses hydrotreating yang mampu mengubah minyak nabati menjadi hidrokarbon berkualitas tinggi. Hasilnya bukan hanya setara, tapi bahkan lebih bersih dari bahan bakar fosil.

Setiap liter bioavtur yang diproduksi berkontribusi terhadap penurunan emisi karbon hingga 80%, menjadikan SAF sebagai salah satu solusi nyata untuk menekan dampak lingkungan dari sektor penerbangan.

Terobosan Besar Kilang Pertamina Cilacap

Manager Engineering & Development Kilang Cilacap - Jefri A. Simanjuntak mengatakan Pertamina melalui unit TDHT (Treating and Distillation of Hydrotreated Triglyceride) melakukan terobosan besar.

"Kilang Cilacap melakukan modifikasi katalis, hasil karya anak bangsa, untuk mengolah used cooking oil (UCO) menjadi bioavtur. Inovasi ini dikenal dengan nama proyek USAF (Used Cooking Oil to SAF)," kata Jefri.

Lebih lanjut, Jefri membeberkan bahwa USAF tak hanya sebagai proyek teknis, tetapi juga membangun ekosistem ekonomi sirkular. 

Di kawasan pekerja Kilang Cilacap, gerakan Moms Go Green mengajak masyarakat menukar tiga liter jelantah dengan satu liter minyak goreng baru. Program ini telah melibatkan banyak keluarga dalam pengumpulan jelantah, sembari mengedukasi soal manfaat lingkungan dan ekonomi.

Tak berhenti di situ, Bank Sampah Bio Asri juga diberdayakan sebagai jaringan pengumpulan jelantah dari masyarakat luas. Hal ini berhasil menciptakan mata rantai terintegrasi mulai dari rumah tangga—transporter, produsen SAF, hingga maskapai nasional, dalam ekosistem bernama Blueprint Sirkular SAF Indonesia.

Kilang Cilacap hanyalah langkah awal, Pertamina kini bersiap memperluas proyek SAF ini ke Kilang Dumai dan Kilang Balongan. Dengan dukungan teknologi, sumber daya manusia, serta stakeholder lintas sektor, tantangan utama ke depan bukan lagi teknis, melainkan memastikan ketersediaan dan kontinuitas feedstock (bahan baku) agar produksi SAF bisa terus berjalan secara berkelanjutan.

Bioavtur bukan sekadar bahan bakar alternatif, melainkan lompatan strategis menuju masa depan yang lebih bersih, mandiri, dan berkelanjutan.

Read Entire Article
Bisnis | Football |