Kurs Dolar AS Hari Ini 25 November 2025, Rupiah Perkasa

2 weeks ago 13

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah mengat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (25/11/2025). Rupiah bergerak menguat 32 poin atau 0,19 persen menjadi 16.667 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya 16.699 per dolar AS.

Analis Mata Uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan nilai tukar rupiah berpotensi menguat seiring perkiraan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) yang telah mencapai 81 persen.

“Pemangkasan belum 100 persen, tapi hari ini sudah naik mencapai 81 persen dibandingkan Senin (23/11) di 60 persen-an,” katanya dikutip dari Antara, Selasa (25/11/2025).

Prediksi rupiah yang akan menguat terhadap dolar AS di tengah sentimen risk-on peningkatan prospek pemangkasan suku bunga The Fed, menurut dia, dipicu komentar Gubernur The Fed Christopher Waller.

Pejabat Federal Reserve tersebut mengatakan bahwa pemangkasan suku bunga pada bulan Desember sesuai dengan keadaan perekonomian AS, dan diperlukan.

Di sisi lain, mengutip Anadolu, perselisihan antara para pejabat The Fed terkait apakah harus memangkas suku bunga masih berlanjut. Sebagian pejabat masih ada yang menyuarakan keraguan tentang urgensi pemotongan lebih lanjut.

Sebelumnya, Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,75-4 persen dalam rapat di bulan Oktober. Namun, hasil pemungutan suara 10-2 tidak sepenuhnya mencerminkan tingkat perpecahan di antara para pejabat.

“Sentimen risk on (terhadap rupiah) juga didukung oleh kembalinya euforia AI (Artificial Intelligence),” kata Lukman.

Lonjakan Harga Saham Perusahaan Teknologi

Banyak valuasi perusahaan teknologi mengalami lonjakan harga saham dan valuasi pasar yang sangat besar karena antusiasme investor terhadap AI. Bahkan, lanjutnya, beberapa dari perusahaan tersebut merupakan startup yang masih merugi dengan nilai valuasi fantastis.

Kenaikan harga sama juga terjadi terhadap saham-saham nonteknologi, yang menunjukkan adanya kepercayaan pasar berlebihan di bursa saham.

Saat ini, ia mengatakan pasar saham sudah mengalami banyak koreksi (penurunan harga). Tetapi, investor masih ragu antara koreksi yang lebih besar atau melanjutkan kenaikan.

Kurs Rupiah Bisa Makin Melemah, Ini Penyebab dan Dampaknya

Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memandang depresiasi nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bakal terjadi. Kuncinya, depresiasi ini bisa tetap terkendali.

Kepala Biro Banking Research & Analytics BCA, Victor George Petrus Matindas, memandang dari sudut pandang perbankan, depresiasi mata uang lazim terjadi meskipun tidak ada faktor tambahan yang membuat penurunannya lebih besar.

"Sebenarnya yang terpenting itu memang bukan sekadar arahnya naik atau turun, bukan sekadar menguat atau melemah, oke dia agak depresiasi, tapi yang penting dia itu managable, jadi manage depreciation," ungkap Victor dalam Indonesia Economic Outlook 2026, di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (24/11/2025).

Pelemahan mata uang rupiah, kata dia, bisa berdampak positif di satu sisi. Misalnya, keuntungan dari ekspor. Meskipun, dia meyakini Bank Indonesia (BI) tetap akan menjaga level rupiah pada kondisi fundamental yang kuat.

"Kita yakin Bank Indonesia itu pasti akan menjaga nilai rupiah kita itu di level yang sehat di level fundamental yang kuat," tegasnya.

Dia menjelaskan, nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS akan dipengaruhi oleh besaran suku bunga acuan atau Fed Fund Rate. Jika masih sejalan dengan prediksi membaik, maka akan berdampak ke menguatkan nilai mata uang rupiah.

Meskipun, dia melihat pula dampak dari pengenaan tarif resiprokal AS yang bisa mengganggu neraca perdagangan RI. Kondisi itu akan berdampak ke pelemahan rupiah. "Kalau seandainya makin surplus, itu kan rupiah itu menguat tapi seandainya neraca dagangnya ini melemah tentu saja rupiahnya cenderungnya juga akan ikut melemah," beber dia.

Pertumbuhan Ekonomi Ditopang Belanja Pemerintah

Sebelumnya, Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi bisa meningkat jika belanja pemerintah lebih optimal pada 2026 mendatang. Termasuk pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) hingga Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDMP).

Kepala Biro Banking Research & Analytics BCA, Victor George Petrus Matindas menilai belanja pemerintah menjadi salah satu faktor paling kuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi.

"Jadi kita harapkan sebrnarnya untuk tahun depan pertama dari sisi belanja pemerintah ya itu kita harapkan jauh lebih baik," ungkap Victor dalam Indonesia Economic Outlook 2026, di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (24/11/2025).

Read Entire Article
Bisnis | Football |