Awas, Gelombang PHK Bisa Berdampak ke Nilai Tukar Rupiah

18 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan perlambatan konsumsi yang terjadi belakangan ini tidak secara langsung berdampak terhadap nilai tukar rupiah.

"Ketika daya beli terpengaruh konsumsi turun ya konsumsi domestik sebagai salah satu motor pendorong pertumbuhan di tengah ekspor yang tidak seperti dulu lagi ya tentu akan terpengaruh pertumbuhan ekonomi," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) BI, Erwin Gunawan Hutapea, dalam Taklimat Media, Rabu (7/5/2025).

Namun, kondisi tersebut dinilai dapat memberi tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang pada akhirnya turut memengaruhi persepsi investor terhadap Indonesia.

"Mungkin dia gak direct ke nilai tukar ya tapi mungkin dari bagaimana kemudian orang akan melihat pertumbuhan ekonomi kita," ujarnya.

Menurutnya, meskipun sektor tertentu seperti tekstil mengalami peningkatan jumlah PHK yang cukup signifikan, dampaknya lebih terasa pada daya beli dan konsumsi masyarakat, bukan secara langsung pada pergerakan nilai tukar.

"Yang rame selama ini kan kita (PHK) terkait dengan tekstil dan pastinya daya beli akan terpengaruh," jelasnya.

Perlambatan Ekonomi Pengaruhi Minat Investor Asing

Meskipun demikian, ia menekankan bahwa dampak tersebut sifatnya tidak langsung terhadap nilai tukar rupiah. Namun, perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat turunnya konsumsi bisa menimbulkan persepsi negatif yang kemudian memengaruhi minat investor asing.

"Mungkin dampaknya tidak langsung ke nilai tukar, tapi akan terlihat dari bagaimana orang melihat pertumbuhan ekonomi kita. Jika pertumbuhan melambat, investor bisa menjadi kurang tertarik. Mereka cenderung memilih negara yang punya pertumbuhan tinggi dan stabilitas," kata Erwin.

Ia menjelaskan bahwa stabilitas ekonomi memiliki peran krusial dalam menciptakan kepastian dan mendukung pengambilan keputusan ekonomi oleh pelaku usaha. Dalam konteks tersebut, BI terus menjaga keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan Moneter akan diputuskan secara Hati-hati

Erwin juga menggarisbawahi bahwa keputusan kebijakan moneter akan terus diambil secara hati-hati, dengan mempertimbangkan berbagai data ekonomi terkini. Respons kebijakan tersebut diharapkan bisa membuka ruang bagi pertumbuhan yang lebih kuat ke depan.

"Dengan kebijakan yang sekurang-kurangnya akan dilakukan asesmen secara terus-menerus, karena pasti setelah keputusan itu kan diambil dengan data dependen," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa preferensi investor juga sangat bervariasi. Ada yang mengutamakan keamanan dan stabilitas, ada pula yang berani mengambil risiko demi imbal hasil yang lebih tinggi. Karena itu, menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan stabilitas menjadi strategi utama BI dalam menjaga kepercayaan pasar.

"Investor itu type-nya juga beda-beda, ada investor yang maunya aman pastinya nyari yang stabilisasi tinggi meskipun pertumbuhannya rendah tapi investor," pungkasnya.

Read Entire Article
Bisnis | Football |