Boleh Pede! Ini Sederet Alasan Borussia Dortmund Bisa Kalahkan Manchester City

1 month ago 25

Liputan6.com, Jakarta Borussia Dortmund siap menghadapi Manchester City di Liga Champions dengan modal yang berbeda dari musim-musim sebelumnya. Mereka bukan sekadar tim kuda hitam, mereka adalah tim yang bermain dengan identitas yang jelas di bawah Niko Kovac.

Tidak ada yang menjamin hasil di Etihad Stadium, tetapi Dortmund memiliki argumen kuat mengapa mereka bisa membuat laga ini berjalan ketat, bahkan memenangkannya.

Pertandingan ini juga memberikan sisi lain yang menarik, yaitu kembalinya Erling Haaland menghadapi mantan klubnya. Namun, Dortmund siap memberikan lebih dari itu. Mereka membawa struktur yang stabil dan mentalitas kompetitif yang terbangun dalam beberapa bulan terakhir.

Kemenangan 1-0 atas Augsburg akhir pekan lalu menegaskan ritme positif yang tengah dibangun Dortmund, yaitu disiplin, solid, dan efisien. Dan semua ini berawal dari Kovac, pelatih yang masuk di saat klub dalam masa sulit, lalu perlahan menata ulang fondasinya.

Efek Kovac: Struktur, Ketegasan, dan Konsistensi

Sejak kedatangannya pada Januari 2025, Kovac membawa Dortmund keluar dari posisi ke-11 menuju peringkat empat.

Stabilitas itu berlanjut ke musim ini. Mereka baru kalah sekali dari 17 laga Bundesliga terakhir, sekaligus mengumpulkan poin lebih banyak dibanding periode yang sama musim sebelumnya.

Sebastian Kehl, direktur olahraga Dortmund, menjelaskan bagaimana perubahan itu terjadi. Ia menyebut bahwa Kovac datang pada situasi yang sulit, tapi memberi ketenangan dan prinsip kerja yang jelas. Perubahan ini dilakukan dengan membentuk ulang standar profesionalisme di dalam skuad.

Hasilnya terlihat di Liga Champions. Dortmund berada sejajar dengan Manchester City dalam perolehan poin, bahkan unggul satu peringkat. Kemenangan atas Athletic Bilbao dan Copenhagen, plus laga 4-4 dramatis melawan Juventus, menunjukkan bahwa ritme permainan mereka matang di berbagai konteks pertandingan.

Mantan gelandang sekaligus analis, Dietmar Hamann, menilai dampaknya signifikan. Ia menyebut Kovac “mendorong, mendukung, dan memiliki ekspektasi yang jelas terhadap pemain.”

Ketika satu pemain tidak memenuhi peran, pemain lain siap menggantikan tanpa mengganggu struktur tim.

Pertahanan yang Siap Menghadapi Haaland

Menjaga Haaland bukan tugas sederhana. Dortmund mengenalnya lebih baik daripada kebanyakan tim lain. Namun, kali ini Dortmund juga memiliki pertahanan yang sedang berada pada level tertinggi dalam dua dekade terakhir.

Mereka baru kebobolan enam gol dalam sembilan laga Bundesliga, catatan terbaik dalam 23 tahun. Dua figur penting tidak tergantikan musim ini, adalah Waldemar Anton di jantung pertahanan dan Gregor Kobel di bawah mistar.

Kovac menyebut Anton sebagai pemain dengan stamina dan fokus yang luar biasa, menyebutnya 'Ironman' setelah kemenangan di DFB Pokal. Anton tidak hanya bertahan, ia mengatur garis pertahanan, memandu ritme blok pertahanan, dan menjaga area antar lini tetap terhubung.

Jika Haaland atau Omar Marmoush berhasil melewati Anton, mereka masih harus menghadapi Kobel. Kiper Swiss itu menunjukkan refleks dan keberanian eksekusi, seperti ketika ia menepis penalti Fares Chaibi dalam laga piala. Ia tidak hanya menjaga gawang,ia menjaga ritme emosi tim.

“Kami sudah membangun sesuatu dalam hal atmosfer,” kata Kobel. Dan atmosfer yang dimaksud jelas, yaitu fokus, kompak, dan saling percaya.

Kedalaman Skuad dan Efektivitas Rotasi

Dortmund bermain hampir setiap tiga hari, namun performa mereka tetap stabil. Ini terjadi karena Kovac mengelola rotasi dengan presisi. Ia membutuhkan skuad lengkap untuk melakukannya.

Ramy Bensebaini kembali pulih dan menuntaskan 90 menit akhir pekan lalu. Emre Can juga kembali tersedia setelah absen panjang. Nico Schlotterbeck diberi kesempatan untuk mengatur ritme fisiknya setelah kembali dari cedera lutut.

Dengan pemain kembali satu per satu, Dortmund tidak hanya punya opsi, mereka punya kompetisi sehat dalam skuad. Semakin banyak pemain yang terlibat, semakin kuat energi kolektif yang terbentuk.

Kovac merumuskannya sederhana: “Semua harus berkorban. Jika setiap pemain memberikan segalanya, tim ini punya kualitas besar dan bisa mencapai banyak hal.”

Read Entire Article
Bisnis | Football |